Perlahan bayanganmu mulai menghilang, tersamar-samar jejakmu
seakan terhapus hembusan angin, sosokmu membalut dalam kegelapan, dan
menghilang. Dulu semua terkesan sangat manis, sangat romantis. Kamu berhasil
membuat aku tak berdaya, seluruhnya. Ada hasrat untuk membencimu, tapi apa
daya? Cinta ini terlalu besar untukmu. Seharusnya saat itu, aku tak
mempercayaimu, seharusnya waktu itu, aku tak berikan seluruh perasaanku padamu.
Harusnya aku tak sebodoh ini.
Sudahlah, tak mengapa, semua ini salahku. Salahku yang tak
bisa menyesuaikan logika dan perasaanku. Menyesal pun tak akan mengubah menjadi
netral. Ya sudah, jalani saja. Pabila ini maumu dan pabila ini yang terbaik
bagimu, aku bisa apa? Bertahan sendiri? Berjuang sendirian? Lalu untuk apa ada
kamu? Untuk apa? Untuk menebar luka? Memahat hati? Menyisih bongkahan kenangan?
Apa lagi? Katakan pada dunia kamu telah berkhianat? Haha mereka hanya akan
menertawakanku, mencaci dan memakiku. Sudahlah. Percuma ku debatkan segala
argumen dan persepsi jikalau aku yang mengambil alih sendirian. Kamu hanya bisa
berlalu. Sana, ya, pergi saja.
Muak dengan segala kebohongan dan kepalsuanmu, aku sudah
MUAK! Permainan apa yang kau menangkan? Haha Selamat, kau mengalihkan duniaku,
melumpuhkan segala ingatanku, menjajah isi hatiku. Selamat ya! Kamu tak akan
tahu seperti apa saat ini AKU, kamu tak akan bisa mengerti. Rasanya aku kecewa,
tak ingin apapun lagi, diam cara terbaik bagiku merasa perih dan terabaikan,
kau anggap aku seperti barang? Saat baru kau perlakukan aku istimewa, saat
rusak kau buang aku. Ya, seperti itulah kurasa. Cukup sudah, Pergilah, jangan
pernah menoleh, jangan lagi melangkah menghampiriku, jangan lagi kibarkan
senyum itu, sudahlah. PPEEERRGGIIIIIIIII!!!!