Aku
terhibur dengan percakapan di akun social
twitterku… dengan orang-orang yang menyenangkan di dalamnya, sehingga aku
terlena dengan semua cekikikan, kejaihilan, dan itu membuatku lupa akan rasa
sakitku, yaa…. Sakit di dalam hatiku sejak dua
tahun terakhir merayapiku, sehingga tak ku temukan cinta yang baru. Secara
beruntun aku mengenali kamu.. melalui temanmu… dan teman dari temanmu yaitu
seniorku, kaka kelasku dahulu. Semua terjadi tanpa skenario dan tanpa latar
belakang kesengajaan, begitu alami dan apa adanya. Mungkin ini cara Tuhan untuk
mengakhiri masa pemulihanku, menyusutkanku dari keterpurukan yang akhir-akhir
ini setia bersamaku. Tahukan gimana rasanya di tenggelamkan puing-puing cinta?
Mengerikan sekali rasanya, seakan aku pengidap penyakit hati yang sulit untuk
disembuhkan. Terima kasih Tuhan.. aku bisa merasakan jatuh cinta lagi.. meski
aku kurang yakin dengan perasaaanku ini.. tapi siapa yang peduli? “wooaaahhhh..
I’M FALL IN LOVE…” speker keras dari hatiku mengguncang telingaku.
Ternyata
ini rasanya jatuh cinta — lagi.. seakan terbang ke bulan, melingkari bintang
yang berbentuk hati dengan warna merah muda yang cerah. Dari mention di twitter kemudian beralih chat
di BBM, begitu senangnya merasa di pentingkan oleh orang lain, seakan
hidupku tak pernah tersiakan. Sepanjang hari kau sapa aku, setiap menit kau
mengingatkanku, kau tawariku bantuan darimu namun aku selalu menolaknya dengan
malu-malu. Sepanjang malam kita selalu berbincang-bincang melalui seluler yang
berbeda provider yang harus membuatmu
untuk lebih sering mengisi saldo di ponselmu. Tak pernah seharipun kau
meninggalkan aku tanpa kabar, kamu selalu ijin ketika ingin pergi atau sekedar
bermain dengan rekanmu. Ku perjelas..
kita hanya teman biasa yang memiliki rasa yang sama, kamu membuatku merasa
paling terpenting, dan membuatku seakan telah singgah dihatimu.
Tubuhku mencair, hatiku luluh, nadiku berdenyut menggebu-gebu,
aku gemetaran, suaraku hilang, jemariku berkeringat dan beku sesaat kau bilang
“Aku menyayangimu.. melebihi status diantara kita, melebihi batasan rasa antara
teman biasa, Aku menyayangimu.. kamu membuatku mencintai kehidupanku, membuatku
menantikan hari esok bersamamu yang ku harapkan menjadi kekasihku. Bagaimana
denganmu? Apa kamu menerimaku menjadi teman dekatmu? Pacarmu?” aku tak tahu
harus menjawab apa… seandainya mudah untuk menjawab kata YA namun
aku masih sulit mengunggapkannya, kisah dahulu selalu menghantuiku meski kamu
meyakiniku dengan janji manismu, kenyataannya; aku masih takut. lama kau menunggu jawabku, tak kunjung kau temukan suaraku, kau alihkan aku dengan
rencana pertemuan pertama kita, seakan kau memahami akan kebisuanku karena
bukan kali pertama kau menanyakan hal yang sama padaku. Ketahui saja, selama delapan bulan kita dekat, tak pernah
sejengkalpun aku melihatmu dengan nyata.
Merindukanmu kini selalu menyayat pikiranku, khayalan ingin
memelukmu menjadi kehangatanku, ingin aku menatapmu saat kau kembali bertanya
lagi padaku tentang perasaanku. Melakukan hal secara nyata dan tetap bersama,
selalu ku nantikan saat itu. Delapan
bulan kita bersama, tanpa kau sentuh aku, tanpa kau tatap aku, tanpa kau
genggamiku. Kerinduanku akan dirimu memproteskan aku tentang keberanianku,
menimbulkan konspirasi yang membuatku semakin tertekan membayangi akan dirimu.
Namun aku tak ingin mendesakmu untuk menemuiku, karena jarak kita semakin jauh.
Tiga bulan yang lalu, terakhir kali kau meminta aku untuk menemuimu sebelum kau
pergi ke Kota lain; Kalimantan, kau akan bekerja disana. Kau merayuku,
membujukiku, dengan segala cara kau berusaha untuk aku segera menemuimu namun
saat itu aku masih ragu.
Dan
sekarang, aku tak bisa membujuk maupun memintamu agar segera pulang karena
penolakanku saat terakhir kau menggharapkan kita untuk bertemu, karena diriku
yang terlalu gengsi untuk menemuimu,
dan karena aku yang memperlambat pertemuan kita. Aku hanya bisa menunggumu,
berharap kau membahasnya lagi, dan mungkin saat itu aku akan siap untuk
mengungkapkannya, perasaanku; rasa cintaku padamu. Dengan tak sabar aku
bertanya untuk yang kesekian kali saat kau meleponku “kau akan segera pulang
kan? Berapa lama lagi? Apa kau tak merindukan aku?” kamu tertawa kecil “hehehe
sudah berkali-kali kau menanyakan hal yang sama padaku, sabarlah aku pasti akan
menemuimu, aku amat merindukanmu sayang” kau
membuatku malu, aku salah tinggah “kau tak pernah memastikannya, aku tak puas
dengan jawabanmu” lagi-lagi kau hanya merayuku, membuat rindu ini menusuk
jantungku “sabar ya sayang, tak lama
lagi aku akan pulang. Sekarang tidurlah.. esok akan menjadi kejutan barumu” aku
membalas “kejutan apa? Besok kau pulang ya?” dengan suara renyahmu kau tertawa
keras “hahahahaha kalau besok aku pulang pasti kau akan menolak menemuiku lagi”
singkat aku membalasnya “tidak” kamu semakin membuatku penasaran “sungguh?
Lalu bagaimana dengan ulangan matematikamu besok? Bukankah itu akan merebus
kepalamu hingga botak? Hahahahaha” selalu saja kau bisa membuatku seperti ini,
terhanyut dengan keseriusan yang kau jadikan lelucon “hahaha aku akan meminjam
rambutmu” tawa mengakhiri percakapan kita, karena kamu selalu memintaku untuk
cepat tidur.
Bulanku
kini datang.. aku berharap kaupun segera datang.. tapi saat usiaku genap 17
tahun tepat di tanggal 7 bulan ke duabelas
itu kau hanya memberiku ucapan dan doa, serta rangkaian kata yang membuatku
semakin merindukanmu, Aku sangat Merindukanmu. Hari-hari berlalu, aku sudah
lelah menanyakan kepulanganmu, aku pikir kau pasti akan pulang pada saat yang
tepat dan tanpa aku memintamu. Akhir
tahun akan segera kulalui, dan jika bukan kamu kejutanku di akhir tahun ini,
aku berharap kau adalah kejutanku di awal tahun depan. Semoga kita segera
bertemu. Seharian ini kau tak mengabariku, sehingga membuatku penasaran akan
kabarmu, kucoba meneleponmu dan kucoba kirim chat di BBM, mengirimimu pesan singkat, menghubungimu melalui akun twittermu, tak ada satupun yang kau
balas. Semua pesanku tak kau respon. Apa ada yang salah denganku? Apa aku
menyakitimu? Tapi apa salahku? 2 hari kau tak meresponku, mungkin kah ini
caramu untuk menjauhiku? Kau buatku tak bisa tidur dan melamun penasaran
karenamu.
30 Desember 2012 sore hari kau
mengabariku memintaku untuk menemuimu malam itu. Aku senang sekali mendengar
kabarmu telah pulang dan kau memintaku lagi untuk bertemu, dengan semangat aku
menyetujuinya. Tepat jam 20:00 kau meneleponku, kau menungguku di depan rumahku
dengan baju warna putih yang telah kita sepakati aku menemukanmu bersandar di
motormu, lalu kau ajak aku ke pantai. Di Ancol tepat di hadapan laut yang luas
dan bisikan ombak yang memberiku hempasan angin yang menyambar, saat itu kau
membicarakan tentang kita, tentang perasaanku, dan tentang hubungan kau
denganku. Tak ku sangka, ku temukan cintaku di akhir-akhir tahun, kau memelukku
dengan tubuhmu yang hangat, dan menciumku dengan caramu yang lembut. Kerinduanku
telah melebur memanggil rintikkan hujan turun, namun tak ku siakan moment itu untuk berfoto denganmu, kau
meminta orang lain mengabadikan pertemuan pertama kita. Kemudian kau
mengantarku pulang.
Pagi
pertama kau menjadi pacarku.. sangat manis perlakuanmu padaku, bahkan lebih
manis dari biasanya. Kau meminta ijinku karena kau ingin mengunjungi makam Ayahmu.
Kutunggu kabarmu hingga petang, kemudian kau melepon “Aku di depan rumahmu,
bisakah kita bertemu sebentar?” katamu yang membuat aku terkejut, hampir ku tak
ingin menemuimu karena sakit kakiku waktu itu, “sebentar saja sayang” sambungmu. Aku menemuimu dengan
keadaanku yang lesu, lalu kutanya kau “Ada apa? Mau apa? Kakiku sakit, kalau
tak penting kau hanya menambah kesakitanku lebih parah” aku bertanya dengan
sedikit sebal “aku hanya ingin bertemu denganmu, ternyata kau mau menemuiku
lagi setelah tadi malam” balasmu yang membuatku menjadi kesal dan berbalik arah
mengabaikanmu “eeeh… tunggu dulu” kamu meraih tanganku sehingga membuatku
berhadapan lagi denganmu, kemudian kamu beranjak menuju parkiran motormu dan
kau kembali tiba-tiba mengejutkanku dengan 5 tangkai bunga mawar putih yang
menutupi pandanganku dari apapun. Kau sangat manis, membuat wajahku tersipu dan
lagi-lagi aku salah tingkah “buat kamu..” katamu sambil memberiku kejutan yang
lain lagi “…ini juga buat kamu” sambungmu dengan 2 buah boneka lucu yang aku
sukai. “terima kasih” kataku sambil tersipu dan aku merasa malu.
Kita
habiskan acara malam tahun baruan melilingi Kota Jakarta yang ramai, meleburkan
Kembang-Kembang Api yang indah dan berhamburan di atas langit, Malam itu terasa
Indah buatku, di akhir tahun 2012 kau menutup ceritaku dengan sangat manis.
Rintikkan hujan turun menjadi deras, kita singgah di terminal Bus sampai menunggu
hujan reda, kau melindungiku dari air hujan yang menyembur kita, kau tutupi
tubuhku dengan jaketmu, kau biarkan dirimu kedinginan dan memilih untuk
menghangatkanku. Di terminal Bus ini kita menyaksikan Langit berwarna-warni
seakan hujanpun tak dapat menghalangi Acara penutupan tahun yang selalu meriah
ini, buatku.. ini adalah acara penutupan tahun pertama kali kurasakan, biasanya
aku hanya menghakhirinya bersama keluargaku, namun kini aku akhiri bersamamu. Ku
bilang padamu “Selamat Tahun Baru, Terima kasih malam ini sungguh indah, terima
kasih telah bersabar untuk menemuiku, terima kasih atas perhatian yang sangat
manis kau berikan padaku, terima kasih kau dapat mengobati luka hatiku, Aku
menyayangimu” kemudian kau tersenyum dan “I love You” bisikmu mengakhiri malam
Tahun Baruan kita.